Medan, Mediautama.news – Dr Ir Benny Pasaribu MEc dikukuhkan menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Punguan Pomparan Raja Pasaribu Indonesia (PPRPI), oleh Formatur yang berjumlah 13 orang pada Musyawarah Besar (Mubes), di aula Raja Inal Siregar kantor Gubernur Sumut Medan, Sabtu (26/8/2023).
Formatur dibentuk Bulan Maret 2022 yang di Medan beranggotakan 3 orang . Kemudian formatur dari Medan dan Jakarta berkumpul secara zoom. Dalam rapat itu dipilihlah Benny Pasaribu menjadi Ketua Umum PPRPI se Indonesia dan dikukuhkan pada Mubes.
Setelah dikukuhkan, Benny Pasaribu mengatakan, Pasaribu harus ikut aktif membangun peradaban Batak. Membangun peradaban itu sama seperti membangun sumber daya manusia yang unggul dan berkarakter . “Memiliki karakter mulia, santun, jujur dan bermoral yang baik,” kata Benny Pasaribu.
Karena menurut mantan anggota DPR RI Periode 1999-2004 ini, harus disinkronkan antara budaya, adat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau kemajuan ilmu pengetahuan teknologi lebih cepat perubahannya lalu budaya tertinggal celakalah akibatnya.
” Teknologi bisa menciptakan manusia yang bisa bicara, berfikir yang lebih cepat dari manusia. Celakalah kita bila mengedepankan kemajuan teknologi tanpa karakter mulia. Yang bisa mengikuti kemajuan teknologi ini adalah orang berkarakter mulia dan beradab. Orang seperti itu cenderung memikirkan kesejahteraan dan keadilan,” terangnya.
Karena, lanjut dia, kemajuan digitalisasi cenderung memperkaya orang kaya sehingga jarak antara si kaya dan si miskin sangat jauh. Manfaatnya kepada orang miskin sangat sedikit. Pemilik toko pedia, market online dan lainnya yang kaya raya. “Memang harganya lebih murah, tapi apa manfaatnya dibanding keuntungan besar diperoleh market online,” terangnya.
Menurut mantan Calon Wakil Gubernur Sumut yang akrab disapa Triben ini, orang Batak dasarnya pintar, punya budaya budaya sangat kuat. Sehingga sangat sayang kalau ditinggalkan. Untuk itu, marga Pasaribu mendorong dibangkitkan lagi budaya Batak dimulai dari aksara Batak , bahasa dan sastra Batak.
“Makanya saya memprakarsai forum diskusi Batakologi, Ilmu kebanyakan dan memulai pelajaran bahasa dan sastra Batak ini di semua SD, SMP dan SMA serta SMK se kawasan Danau Toba. Saya sudah minta kepada Bupati Samosir agar membuat nama jalan pakai aksara Batak. Saya sudah ketemu dengan Kadis Pendidikan Toba, Bupati Taput Nikson Nababan sudah memulainya. Segera masukkan tentang kearifan lokal masuk dalam kurikulum,” tuturnya.
Karena, kata Benny Pasaribu, sudah begitu lama pelajaran bahasa dan aksara Batak tidak dipelajari. Padahal orang Sunda Jawa Barat, di sekolah SD, SMP dan SMP sederajat selalu di dalam mata pelajaran ada bahasa dan sastra Jawa diajarkan.
” Di dalam bahasa dan sastra Batak ada dipelajari tentang “turi-turian” (dongeng) yang jadi peninggalan nenek moyang orang Batak. Apakah geneymuda Batak sekarang tahu apa itu turi-turian? Atau bagaimana agar bisa menjadi “parhata” (juru bicara adat), bagaimana memukul gondang, meniup seruling , kemudian olahraga Batak seperti marsitengka, marsiranggut, marmonsak (pencak silat) dan lainnya. Semua itu tidak diwariskan, karena kurikulumnya di sekolah sudah tidak ada,” ungkap Benny.
PPRPI harus jadi garda terdepan untuk menyepakati lagi kepada pemerintah agar peradaban Batak menjadi peradaban yang ilmu teknologinya maju dan budayanya bisa difahami sehingga bisa sinkron, maka semua marga marga Batak untuk membangun peradaban Batak. Karena program pembangunan nasional adalah pembangunan peradaban. (red)
Editor: Indan