DUNIA  

Ancaman Baru Mengintai AS Pasca Balas Dendam China

Bendera Amerika dan China (Foto:ilustrasi/pixabay)

Jakarta, Mediautama.news – Tindakan balas dendam China terhadap kebijakan AS yang memblokir chip canggih dan alat pembuat chip telah memberikan dampak yang signifikan.

Baru-baru ini, China memperluas larangan ekspor terhadap tiga mineral kritis, yaitu gallium, germanium, dan antimon, yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan semikonduktor, peralatan militer, hingga baterai kendaraan listrik.

Akibat diperketatnya pemblokiran oleh China, harga mineral kritis ini melonjak tajam. Harga antimon dilaporkan meroket hingga mencapai US$39.500-40.000 (sekitar Rp 637-645 juta) per metrik ton pada 31 Desember 2024 di Rotterdam.

Dikutip dari Reuters pada Kamis (9/1/2025), harga antimon naik sekitar 250% pada tahun 2024. Pedagang memprediksi harga tersebut akan terus naik di atas US$40.000 per metrik ton akibat kelangkaan yang disebabkan oleh pemblokiran dari China.

“Kami sudah menjual sejumlah kecil antimon dengan harga mencapai US$40.000,” kata seorang pedagang logam kecil di Eropa. “Penjual non-China akan menaikkan harga untuk memaksimalkan keuntungan,” tambahnya.

China memproduksi hampir 50% pasokan antimon global, yang diperkirakan mencapai 83.000 ton pada tahun lalu, menurut data dari Survei Geologi AS (USGS).

Para pedagang menilai larangan ekspor China ini sejalan dengan strategi mereka untuk mengonsolidasikan produksi mineral secara domestik.

“AS telah mendiversifikasi rantai pasokannya jauh dari China jika memungkinkan, dengan membeli lebih banyak dari Asia Tenggara,” kata Ellie Saklatvala, kepala penetapan harga logam non-besi di Argus, dikutip dari CNBCIndonesia.com.

“Namun, dalam jangka pendek masih belum jelas bagaimana mereka akan mampu mengisi kesenjangan yang kini ditinggalkan oleh China,” ia menuturkan.

China juga melarang ekspor galium dan germanium ke Amerika Serikat, namun dampaknya terbatas karena AS telah berhenti membeli mineral penting ini dari China.

“Pasar tetap ditentukan oleh manusia dan bukan hanya faktor fundamental. Oleh karena itu diperkirakan akan terjadi tekanan bullish karena para pedagang mengeksploitasi larangan tersebut untuk menaikkan harga,” kata Theo D. Ruas, Manajer Penjualan Global, Logam & Senyawa di Indium Corporation.

“Larangan China terhadap bahan mentah menunjukkan betapa pentingnya tambahan pasokan di luar China. Swasembada harus menjadi tujuan jangka pendek bagi pemerintah AS,” ia menjelaskan.

Dominasi China pada mineral-mineral penting telah memicu kekhawatiran mengenai logam-logam lain mana yang dapat dimasukkan dalam pembatasan ekspor berikutnya. Salah satu pedagang mengatakan China dapat menargetkan Bismut dan Mangan.

Hal ini kembali menimbulkan pertanyaan atas dampak luas yang disebabkan ketegangan geopolitik antara AS dan China. Rantai pasokan chip dan bahan-bahan mineral akan makin terhambat dan berpotensi menaikkan harga jual di ranah global.(r)

Editor: Edward