Jakarta, Mediautama.news – Dokter Bedah Umum Amerika Serikat (AS) menyerukan pemberian peringatan kanker pada produk minuman beralkohol. Langkah ini didorong oleh temuan sejumlah kasus kanker yang terkait dengan konsumsi minuman beralkohol.
Dokter Bedah Umum AS, Vivek Murthy, dalam keterangannya kepada Reuters, Jumat (3/1/2025) menjelaskan, bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan risiko setidaknya tujuh jenis kanker, termasuk kanker payudara, usus besar, dan hati. Namun, sebagian besar masyarakat AS masih belum menyadari risiko ini.
Murthy juga menyarankan agar pedoman tentang batas konsumsi alkohol ditinjau kembali, sehingga masyarakat dapat lebih memahami risiko kanker ketika memutuskan untuk mengonsumsi alkohol. Pendekatan ini diusulkan serupa dengan peringatan yang terdapat pada kemasan rokok.
Saat ini, pedoman diet AS merekomendasikan maksimal dua minuman beralkohol per hari untuk pria dan satu minuman per hari untuk wanita.
“Konsumsi alkohol adalah penyebab kanker ketiga yang sebenarnya dapat dicegah di AS, setelah tembakau dan obesitas,” ujar kantor Murthy dalam pernyataan resminya, dikutip dari CNBC Indonesia.
Alkohol, jelas Murthy, bertanggung jawab atas 100.000 kasus kanker di AS dan 20.000 kematian akibat kanker setiap tahun. Ini lebih banyak dari 13.500 kematian akibat kecelakaan lalu lintas terkait alkohol.
Peringatan serupa juga telah disuarakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mengatakan tidak ada tingkat konsumsi alkohol yang aman dan bahwa bahkan sedikit alkohol dapat membahayakan kesehatan
Peringatan ini pun membuat nilai saham di perusahaan alkohol termasuk Diageo, Pernod Ricard, Anheuser-Busch InBev, dan Heineken menurun. Penurunan bahkan hampir menembus hingga 3%.
Sementara itu, asosiasi industri seperti Distilled Spirits Council of the United States (DISCUS), sempat menunjukkan penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat memiliki beberapa manfaat kesehatan. Walau begitu, penelitian itu menambahkan tidak seorang pun boleh minum karena alasan tersebut.
Beberapa ilmuwan menuduh industri tersebut menyesatkan masyarakat tentang risiko terkena kanker akibat minum dalam sebuah studi tahun 2017. DISCUS mengatakan para peneliti memiliki bias anti-alkohol dan studi mereka bersifat selektif.(r)
Editor: Joko