Jakarta, Mediautama.news – Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Konsultan Hematologi‑Onkologi Medik dr. Andhika Rahman, Sp.PD‑KHOM, menegaskan bahwa keberadaan benjolan di payudara tidak selalu menandakan keganasan kanker.
“Tidak semua benjolan bersifat ganas, dan tidak semua keganasan harus langsung dioperasi. Hal terpenting adalah melakukan biopsi terlebih dulu, lewat biopsi kita bisa memastikan apakah itu kanker payudara atau bukan,” jelas alumnus FK UI tersebut dalam wawancara cegat di Jakarta, Selasa (22/4/2025), dilansir dari Antara.
Ia menambahkan, pemeriksaan yang tepat akan mengungkap jenis kankernya, sehingga dokter dapat merancang terapi mulai dari operasi, terapi hormonal, radiasi, hingga kemoterapi sesuai kebutuhan.
“Dengan pemeriksaan IHK, kami dapat menentukan obat dan kombinasi terapi yang paling tepat, apakah cukup kemoterapi, kemoterapi plus radiasi, atau tambahan terapi hormonal,” pungkasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa tidak semua penderita kanker payudara harus diangkat atau dilakukan prosedur mastetocmy radikal.
Ia melanjutkan bahwa dengan biopsi dan pemeriksaan awal mampu menurunkan massa atau ukuran kanker, sehingga hal ini pun berperan pada tindakan yang akan dilakukan. “Kita mendapatkan massa yang lebih kecil. Jadi operasi yang dilakukan juga tidak harus mengangkat semuanya,” katanya.
Namun demikian, ada beberapa dokter yang bisa saja menyarankan pengangkatan payudara, namun sebagai pasien disarankan berlaku kritis terkait keinginan mempertahankan payudara.
Ia menyarankan bagi pasien yang berusia di atas 40 tahun agar melakukan USG dan mamografi untuk memastikan tingkat keganasan kanker. Setelah dipastikan kanker ganas, maka dapat melakukan biopsi untuk menentukan langkah.
“Jadi sebagai seorang pasien, tentu dia punya hak untuk sabar dulu. Tidak perlu dilakukan operasi dulu,” tegasnya.(r)
Editor: Edward