Puluhan Anak Dilaporkan Meninggal Usai Minum Sirup Obat Batuk, Diduga Alami Gagal Ginjal

Obat Batuk Sirup (Foto:ilustrasi/pixabay)

Jakarta, Mediautama.news – Jumlah anak yang meninggal akibat mengonsumsi sirup batuk tercemar di negara bagian Madhya Pradesh, India, bertambah menjadi 20 orang. Sementara itu, lima anak lainnya masih menjalani perawatan akibat gagal ginjal akut setelah menenggak sirup bermerek Coldrif, yang diketahui mengandung bahan kimia beracun.

Wakil Ketua Menteri Madhya Pradesh, Rajendra Shukla, mengatakan dari total korban meninggal, 17 anak berasal dari distrik Chhindwara, dua dari wilayah Betul, dan satu dari Pandhurna.

“Dua anak meninggal hari ini dan satu meninggal tadi malam. Sebelumnya sudah ada 17 korban jiwa,” ujar Shukla saat meninjau rumah sakit di Nagpur, dikutip dari The Hindu, Rabu (8/10/2025) dan dilansir dari CNBC Indonesia.

Ia menambahkan, lima anak yang masih dirawat kini tersebar di beberapa rumah sakit, termasuk Government Medical College Nagpur dan AIIMS. Pemerintah negara bagian berjanji menanggung seluruh biaya pengobatan anak-anak tersebut.

“Pemerintah telah membentuk tiga tim untuk membantu keluarga korban selama masa perawatan di Nagpur,” bunyi pernyataan resmi pemerintah Madhya Pradesh.

Kasus ini bermula ketika sejumlah anak mengalami demam dan flu, lalu mengonsumsi sirup Coldrif yang belakangan diketahui mengandung diethylene glycol (DEG) hingga 45 persen — zat beracun yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal serius dan kematian.

Sirup tersebut diproduksi oleh Sresan Pharmaceuticals yang berbasis di Kancheepuram, Tamil Nadu. Setelah ditemukan cemaran kimia berbahaya, otoritas obat di Tamil Nadu dan Madhya Pradesh langsung melarang peredarannya.

Kasus ini semakin memanas setelah polisi menangkap Dr. Praveen Soni, seorang dokter anak di distrik Parasia, yang diduga meresepkan Coldrif kepada banyak anak yang kemudian meninggal dunia. Polisi juga telah menetapkan pihak pabrikan sebagai tersangka dan membentuk tim investigasi khusus (SIT).

Penangkapan ini memicu gelombang protes dari kalangan medis. Ratusan dokter di Chhindwara melakukan demonstrasi dan melancarkan aksi mogok tanpa batas waktu, menuntut pembebasan Dr. Soni.

“Dia bukan kriminal, tapi dokter senior yang hanya menjalankan tugas. Pemerintah seharusnya menindak produsen obat dan pihak yang menyetujui penggunaannya,” ujar Dr. Ankur Batra, sekretaris Asosiasi Medis India (IMA) cabang Parasia.

Menurut Batra, dokter gigi, apoteker, dan asosiasi farmasi lokal juga ikut bergabung dalam aksi solidaritas tersebut. Sebuah aksi damai dijadwalkan berlangsung pada Rabu (8/10/2025).

Tragedi ini juga kembali menyoroti lemahnya pengawasan kualitas obat di India. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kasus serupa melibatkan sirup batuk yang menewaskan anak-anak di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun. Dan sejumlah laporan menyebutkan, tak ada satu pun negara bagian di India yang sepenuhnya mematuhi standar mutu obat yang ditetapkan pemerintah pusat.(r)

Editor: Edward