Mandi Pangir, Salah Satu Tradisi Masyarakat Menyambut Bulan Suci Ramadhan

  • Bagikan

MediaUtama l Asahan – Tradisi dan budaya masyarakat Asahan dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Salah satunya membersihkan diri dengan melakukan mandi pangir.

Pangir yang dimaksud merupakan tanaman rempah-rempah yang terdiri dari pandan wangi, bunga pinang (mayang), serai wangi, daun jeruk, daun nilam, akar kautsar dan embelu.

Penggunaan Pangir tersebut, terlebih dahulu direbus. Air dari hasil rebusan kemudian dipakai untuk membasuh seluruh tubuh.

Banyak pengrajin musiman ini memanfaatkan momen budaya menyambut bulan Ramadhan, salah satu lokasi kerajinan pembuatan pangir di Kabupaten Asahan terletak di Dusun I, Desa Pondok Bangur, Kecamatan Rawang Panca Arga. Sejak puluhan tahun, khusus sepekan memasuki bulan Ramadan, para perajin di kawasan itu mulai meracik pangir.

“Ini biasa kami buat jelang bulan Ramadhan, musiman, yang bahan dasarnya serai wangi, embelu, daun nilam, akar kautsar, mayang, pandan, daun jeruk. Tujuh macam,” kata salah seorang perajin, Yut Asmah, Senin (20/04/2020).

Menurut Asmah, usaha yang perajinnya masih memiliki ikatan keluarga itu, dalam satu hari bisa menghasilkan seribu ikat pangir.

Jumlah perajin yang membuat pangir di lokasi tersebut sebanyak enam orang.

Pangir tersebut selanjutnya dijual kepada para pedagang. Umumnya pangir yang mereka produksi telah dipesan oleh para pedagang.

“Kami kan nggak ngecer, kami ngolah. Satu pangir kami jual Rp 700,” ungkap Asmah.

Asmah menjelaskan, bahan baku pembuatan pangir sebagian berasal dari tanaman yang mereka tanam di lahan sekitar rumah. Lainnya dibeli dari orang lain.

“Bahan baku yang agak sulit tumbuh itu akar kautsar. Jadi kami beli,” pungkasnya.

(PUL)

  • Bagikan