Jakarta, Mediautama.news – Nilai tukar rupiah terus menghadapi tekanan terhadap dolar AS dan kini telah melewati level psikologis Rp 16.000 per dolar AS.
Menurut data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 16.009 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (13/12/2024), melemah 0,40 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Sementara itu, menurut data Jisdor dari Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat di level Rp 15.987 per dolar AS pada hari Jumat, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi pada Kamis (12/12/2024) yang berada di angka Rp 15.939 per dolar AS.
Pelemahan rupiah itu selaras dengan indeks dollar AS yang bergerak cenderung menguat. Mengacu data Investing, indeks dollar AS bergerak di kisaran 106,80.
Dikutip dari Kompas.com, pengamat pasar uang Lukman Leong mengatakan, indeks dollar AS bergerak cenderung menguat terhadap mata uang lain, setelah Bank Sentral Uni Eropa memangkas suku bunga acuannya ke level 3 persen pada pertemuan Kamis (12/12/2024) waktu setempat.
“Rupiah tertekan oleh dollar AS yang masih terus menguat terhadap mata uang utama dunia seperti EUR dan CHF dengan pemangkasan suku bunga (Bank Sentral Eropa),” ujar dia, dalam keterangannya, Jumat.
Apresiasi indeks dollar AS terhadap rupiah tidak terhindar, meskipun Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar keuangan. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan.
Menurut Lukman, sejumlah data menunjukan, kinerja ekonomi nasional masih mengalami tekanan, khususnya dari sisi permintaan dalam negeri. Hal itu terefleksikan dari data penjualan ritel dan kendaraan yang menurun. “Kenaikan utang tahun depan, PPN 12 persen, dan lain-lain, memicu outflow dana asing,” katanya.
Depresiasi terhadap dollar AS sebenarnya juga dialami oleh mata uang Asia lain. Mulai dari dollar Singapura (-0,12 persen), dollar Hong Kong (-0,01 persen), won Korea Selatan (-0,33 persen), peso Filipina (-0,41 persen), ringgit Malaysia (-0,34 persen), hingga yuan China (-0,14 persen).
“Memang faktor utama masih dari dollar AS, sehingga mata uang lain pun juga melemah,” ucap Lukman.(r)
Editor: Joko